top of page

Bukan Sekadar Hidup, Melainkan Hidup dengan Mengejar Kemuliaan Allah

  • Writer: Sa’id Al Falahi, S.H.I
    Sa’id Al Falahi, S.H.I
  • Sep 1
  • 2 min read
Ilustasi (Aksara/Canva AI)
Ilustasi (Aksara/Canva AI)

Aksara - Ketika kita menjalani hidup, apakah hanya sekadar rutinitas makan, beraktivitas, tidur, buang air, dan seterusnya? Hewan pun melakukan hal yang sama. Lantas, apa yang membedakan kita dengan mereka? Tentu kita tidak ingin disamakan dengan hewan.


Manusia dan hewan sama-sama makhluk ciptaan Allah SWT, tetapi manusia diciptakan dengan keistimewaan. Kita diberi akal dan pikiran, bahkan ada yang dianugerahi hidayah. Keunikan inilah yang menjadikan manusia sebagai makhluk paling lemah saat lahir, namun bisa menjadi sangat mulia. Kita tidak bisa langsung bicara, berjalan, bahkan untuk makan pun membutuhkan pertolongan. Dari kelemahan inilah, kita beranjak dewasa, mengenal Sang Pencipta, menjadi makhluk yang beriman, bertakwa, dan berhak atas surga.


Di akhirat kelak, setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas segala perbuatan selama hidup di dunia. Setiap perbuatan akan mendapat ganjaran yang setimpal, baik di dunia, apalagi di akhirat. Hal ini tidak dialami oleh makhluk lain, termasuk hewan.


Sujud, sebuah perendahan diri tertinggi. Setinggi apa pun jabatan, kekayaan, atau kecerdasan seseorang, derajat tertinggi tetaplah milik mereka yang bersedia sujud kepada Sang Pencipta (Q.S. Adz Dzariyat: 56). Mampu bersujud kepada-Nya adalah kenikmatan yang tak ternilai. Sebagaimana dua sisi mata uang, manusia juga diberi tugas mulia sebagai khalifah di muka bumi (Q.S. Al-Baqarah: 30), pemimpin yang harus berbuat kebaikan, bukan hanya untuk dirinya sendiri.


Jika demikian, untuk apa kita mati-matian mengejar dunia? Mengorbankan waktu, tenaga, bahkan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan? Mengapa harus mengejar jabatan hanya untuk mendapatkan sebutan "orang terhormat", yang pada akhirnya akan hilang saat kita mati? Mengapa tega menjegal teman sekerja, memusuhi saudara sekandung karena warisan, atau membungkam saingan yang seiman?


Yang lebih penting, mengapa kita membuang agama sebagai pedoman? Padahal, Islam adalah penyelamat utama kita. Allah dan Rasulullah SAW telah mengingatkan bahwa hidup ini tidak ada artinya jika kita berakhir di neraka. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW mewasiatkan agar kita berpegang teguh pada dua pusaka: Al-Qur'an dan Al-Hadits. Dengan keduanya, kita akan selamat dan bahagia di dunia serta akhirat, bahkan bisa berkumpul kembali di surga Firdaus bersama para nabi, orang-orang yang jujur, muttaqin, mukmin, dan muhsinin.


Namun, mengejar akhirat juga tidak berarti kita harus melupakan urusan dunia. Wallahu'alam. Keduanya harus seimbang. Kita dituntut untuk menjadi hamba yang baik, sekaligus pemimpin yang baik. Dunia adalah ladang untuk menanam kebaikan, dan akhirat adalah tempat kita menuai hasilnya. Penulis Sa’id Al Falahi, S.H.I (Waka Kesiswaan)

Comments


bottom of page